Mengapa Kita Terlalu Suka Membeli? Peran Tekanan Sosial dan Gaya Hidup di Kota Ternate

Posted on January 15, 2025 by Firman Abd Hamid
shop ternate
Bagikan

Ternate – Di tengah gemerlap pusat perbelanjaan dan hiruk pikuk kehidupan perkotaan, fenomena belanja impulsif dan perilaku konsumtif yang berlebihan semakin terasa kuat di Kota Ternate. Fenomena ini bukan sekadar soal keinginan pribadi semata, melainkan dipengaruhi oleh jalinan kompleks antara tekanan sosial dan aspirasi gaya hidup. Sebuah analisis mendalam yang digagas oleh tim peneliti dari Program Studi Manajemen dan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Khairun, mengungkap akar mengapa masyarakat Ternate rentan tergerus arus konsumerisme.

Penelitian yang telah dipublikasikan dalam jurnal Ecopreneur.12 Vol. 7 No. 2 (2024) ini, yang bertajuk "Konformitas Hedonis dan Kecenderungan Impulsif Terhadap Perilaku Konsumtif Masyarakat Kota Ternate Tengah", mengidentifikasi dua pilar utama yang menjadi penggerak utama di balik kebiasaan belanja yang kerap kali melampaui kebutuhan primer.

Konformitas Hedonis: Perburuan Pengakuan Sosial Lewat Belanja

Faktor paling dominan yang terungkap adalah konformitas hedonis. Ini merujuk pada dorongan kuat individu untuk menyelaraskan diri dengan norma-norma sosial yang mengutamakan kenikmatan materi dan gaya hidup mewah. Dalam konteks Ternate, keinginan ini seringkali termanifestasi dalam bentuk terpengaruhnya individu oleh apa yang dimiliki atau digunakan oleh orang lain dalam lingkaran sosial mereka.

"Kami menemukan bahwa jika ada desakan kuat dari kelompok referensi untuk mengadopsi gaya hidup yang dianggap mewah atau prestisius, maka kecenderungan seseorang untuk berbelanja akan semakin tinggi," jelas salah satu peneliti kunci.

Data empiris menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang sangat dipengaruhi oleh konformitas hedonis berasal dari segmen usia produktif, yakni antara 33 hingga 38 tahun. Menariknya, mayoritas adalah perempuan yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil dengan kisaran pendapatan bulanan antara Rp 1 juta hingga Rp 4 juta. Fenomena ini mengindikasikan bahwa di kalangan mereka, belanja bukan sekadar transaksi, tetapi juga sebuah bentuk komunikasi sosial, sebuah pernyataan bagi kelompok referensi untuk mencari validasi dan pengakuan. Aktivitas berbelanja bersama di mal, misalnya, menjadi semacam ritual di mana setiap pembelian bisa diartikan sebagai "pembuktian" untuk diterima dalam kelompok.

Kecenderungan Impulsif: Antara Duit 'Panas' dan Perencanaan Tersembunyi

Selain tekanan sosial, kecenderungan untuk berbelanja secara impulsif juga menjadi variabel penting yang dianalisis. Perilaku ini, menurut literatur, dicirikan oleh spontanitas, kekuatan dorongan yang tinggi, serta perasaan euforia, meskipun terkadang diiringi dengan ketidakpedulian terhadap konsekuensi jangka panjang. "Masyarakat Ternate memang rentan terhadap godaan pembelian spontan, lebih berdasarkan keinginan sesaat daripada kebutuhan mendesak," papar tim riset.

Mayoritas responden yang menunjukkan kecenderungan ini juga berasal dari kalangan pegawai negeri dengan profil pendapatan serupa, dan tercatat sering melakukan transaksi tunai. Namun, sebuah temuan yang cukup kontradiktif muncul: meskipun ada dorongan untuk berbelanja impulsif, penelitian ini tidak menemukan adanya pengaruh signifikan dari impulsivitas terhadap terbentuknya gaya hidup konsumtif secara keseluruhan.

Ini mengindikasikan adanya lapisan "perencanaan tersembunyi" dalam perilaku belanja masyarakat Ternate. Terutama untuk barang-barang dengan nilai investasi lebih tinggi seperti perangkat elektronik, tas bermerek, atau alas kaki berkualitas, konsumen cenderung tidak langsung terbuai oleh dorongan sesaat. Penggunaan platform digital yang memungkinkan penambahan barang ke keranjang belanja untuk dipertimbangkan kembali sebelum transaksi final, menunjukkan adanya proses berpikir yang lebih terstruktur, bukan sekadar reaksi naluriah.

Gaya Hidup Konsumtif: Jembatan Kritis Antara Status dan Belanja

Dalam analisis lebih lanjut, gaya hidup konsumtif ditemukan berperan sebagai mediator atau jembatan krusial antara faktor-faktor pemicu dan perilaku belanja itu sendiri. Dengan kata lain, keinginan untuk mengadopsi gaya hidup yang dianggap "baik" atau "layak" di mata masyarakat, yang kerap dipengaruhi oleh keyakinan tentang nilai, status, dan penampilan, menjadi faktor pengikat yang kuat.

Mereka yang menganut gaya hidup konsumtif, yang kembali didominasi oleh perempuan dan pegawai negeri berpenghasilan menengah, cenderung sangat memperhatikan keselarasan penampilan dan kualitas produk. Pembelian seringkali didasari oleh pertimbangan bagaimana barang tersebut akan diterima oleh lingkungan, serta seberapa baik barang tersebut menunjang citra diri yang diinginkan, termasuk kepemilikan merek-merek tertentu.

Implikasi dan Rekomendasi: Menuju Kesadaran Konsumen yang Lebih Tinggi

Hasil penelitian ini memiliki implikasi penting bagi berbagai pihak, terutama dalam upaya membentuk kesadaran masyarakat untuk menjadi konsumen yang lebih bijak.

Pemerintah daerah dan lembaga terkait didorong untuk merancang program edukasi literasi keuangan yang lebih masif dan efektif. Fokus utama seharusnya adalah mengedukasi masyarakat tentang bagaimana tekanan sosial, aspirasi gaya hidup, dan godaan impulsif dapat secara signifikan memengaruhi keputusan finansial mereka. Dengan pemahaman yang lebih mendalam mengenai jebakan konsumerisme, diharapkan masyarakat Kota Ternate, bahkan secara lebih luas, dapat menerapkan kebijakan pengelolaan keuangan pribadi yang lebih sehat dan terhindar dari perilaku belanja yang tidak perlu atau merugikan.

Tim peneliti juga menyarankan agar studi lanjutan dapat mengeksplorasi lebih dalam faktor-faktor lain seperti pengaruh media sosial, peran e-commerce, serta nilai-nilai budaya lokal yang mungkin turut membentuk fenomena konsumtif ini. Selain itu, segmentasi audiens yang lebih spesifik juga dapat memberikan gambaran yang lebih tajam mengenai karakteristik perilaku belanja berbagai kelompok masyarakat di Ternate.

subhan - uitecs
TENTANG PENULIS
Subhan adalah pendiri UITECS, sebuah UKM yang berfokus pada web design, SEO, bisnis digital, CMS WordPress, dan sistem informasi manajemen. Ia memiliki minat yang besar terhadap teknologi dan inovasi. Menyelesaikan pendidikan S1 Manajemen di Universitas Hasanuddin (UNHAS) dan S2 di University of Queensland (UQ), Australia. Sebagai seorang blogger, Subhan sering berbagi pemikirannya tentang tren dan perkembangan terkini di dunia web, bisnis digital, dan sistem informasi manajemen, sehingga menjadi sumber inspirasi bagi pelaku UKM, organisasi pemerintah dan bagi mereka yang ingin mengembangkan karier di bidang ini. 
Baca Artikel Lainnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

logo_uitecs_makassar
Jl. Perintis Kemerdekaan No. 26, KM 9, Kel. Tamalanrea, Kota Makassar 90245, Sulawesi Selatan.
---
Kota Baru, No. 127, Kota Ternate 97731, Maluku Utara
WA 081355006015
Kami menyediakan solusi lengkap untuk kebutuhan digital Anda. Lebih dari sekadar desain website, toko online, dan pelatihan bisnis digital untuk UMKM, perusahaan, sekolah, dan lembaga, kami juga menawarkan layanan pemeliharaan website yang komprehensif.
[email protected]
©